Kamis, 21 April 2011

KASUS DAVAO SEBELUM PERANG DI FILIPINA (1903–1941)

Suatu realita dalam peradaban dunia mengenai orang-orang Jepang sebagai suatu kekuatan imperialis dan realitas mengenai bangsanya tetap merupakan teka teki bagi kebanyakan orang pribumi di Asia Tenggara. Merupakan suatu mata rantai yang membuat seorang pelacur Jepang menjadi orang Eropa yang terhormat, sementara seorang aristokrat pribumi tetap pribumi (anak laki-laki salah seorang birokrat yang menjadi aristotrat dengan pangkat paling tinggi dipanggil Minke oleh seorang guru sekolah bangsa Eropa) dan seorang hartawan kaya raya Cina tetap merupakan orang timur asing. Penduduk pribumi baru akan melihat hubungan ini pada permulaan Perang Dunia II, ketika negeri mereka diserbu dan diduduki oleh tentara militer Jepang dan mereka melihat dengan nyata perubahan orang Jepang setempat dari sebutan orang Jepang menjadi orang Dai Nippon (Nippon Raya).
Meskipun demikian, orang-orang Jepang di koloni Asia Tenggara telah lama yakin akan kaitan mata rantai ini. Mereka merumuskan dengan kata-kata jika mereka mengatakan “matahari terbit (hinomaru) berada di belakang mereka”. Keyakinan mereka akan hal itu terbentuk penuh arti di dalam kehidupan mereka dan sifat komunitas mereka di koloni Asia Tenggara. Pemusatan orang Jepangdi Asia Tenggara sebelum Perang Dunia II adalah di Davao, Mindanao bagian tenggara Filipina. Pada tahun 1941 terdapat sekitar 20.000 orang Jepang yang tinggal di Davao yang merupakan fokus utama dari investasi ekonomi orang Jepang dalam skala besar di Asia Tenggara. Sejak kedatangan imigran pertama pada tahun 1903, orang Jepang di Davao tetap sangat menyadari identitas nasionalnya meskipun sudah hidup dan bekerja bertahun-tahun dengan tetangganya yang non-Jepang di negara asing.
Para pemukim inilah yang diawasi oleh konsul Jepang dan Perhimpunan Orang Jepang, telah memindahkan suatu komunitas dari tanah airnya ke Davao dan tidak menunjukkan tanda berasimilasi dengan populasi orang Filipina. Seiring dengan berjalannya waktu, ada tiga belas sekolah dasar Jepang yang didirikan di daerah Davao dan sekolah-sekolah ini merupakan salah satu lembaga paling kuat yang menekankan ikatan yang lebih erat dengan tanah airnya (Negara Jepang). Jadi sangat jelas bahwa peranan sekolah Jepang di dalam pembentukan komunitas orang Jepang terbesar di Asia Tenggara sebelum perang sangat kuat dan bahkan kondisi itu berjalan terus sampai terbentuknya persemakmuran Filipina.
Adapun perhimpunan orang Jepang di Davao didirikan pada tahun 1918. Semula perhimpunan orang Jepang itu dibentuk dua kali atad desakan konsul Jepang yang ada di Manila. Pertama kali dibentuk pada tahun 1907, dimana tahun ini juga Ota Kogyo didirikan dan pembentukan yang kedua pada tahun 1916, akan tetapii dalam kedua tahun itu yang ada hanya nama saja. Dengan adanya perubahan Undang-Undang Tanah Publik tahun 1919 Perhimpunan Orang Jepang dibentuk lagi untuk melindungi kepentingan pemukim orang Jepang. Namun inipun tidak segera membuahkan organisasi komunitas orang Jepang di bawah pengayoman Perhimpunan Orang Jepang. Jumlah imigran Jepang berfluktuasi sejalan dengan perekonomian dalam negeri Jepang dan harga serat rami serta komunitas di Davao sebagian besar tetap terdiri atas pekerja imigran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar