Minggu, 10 April 2011

SMK DAN PEMENUHAN TUNTUTAN LAPANGAN KERJA (Studi kasus di Kabupaten Sumbawa)

A. Pendahuluan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan formal yang diharapkan mampu menjadi jembatan penghubung antara tenaga kerja (siswa) dengan lapangan kerja. Meskipun proses belajar mengajar di SMK tidak berbeda jauh dengan SMA, akan tetapi proses pembelajaran di SMK lebih dititikberatkan pada penerapan teori-teori yang telah diberikan melalui kegiatan praktikum. Dalam hal ini, pemerintah daerah kabupaten Sumbawa melalui dinas pendidikan sangat mendukung keberadaan SMK dengan mengadakan fasilitas yang lengkap dan memadai untuk meningkatkan minat belajar siswa-siswi. Selain itu, banyaknya praktik yang memberikan bekal kepada siswa dengan keterampilan yang sesuai tuntutan dunia dan lapangan kerja. Dengan demikian, sangat diharapkan setelah lulus dari SMK mereka siap memasuki dan mengisi ketersediaan lapangan kerja sesuai dengan keahlian yang mereka miliki.
Dewasa ini jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik negeri maupun swasta yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten Sumbawa ada 5 SMK negeri dan 3 SMK swasta. Jumlah tersebut masih terbilang relatif sedikit mengingat peranannya dalam mengatasi krisis global, terutama dalam mendapatkan dan menciptakan lapangan pekerjaan yang tidak kecil dan mengingat pula luas wilayah serta sumber daya alam yang dimiliki oleh kabupaten Sumbawa. Kebijakan pemerintah daerah terhadap SMK adalah dengan membuka ruang masing-masing untuk memilih spesifikasi program misalnya; kealian keputrian, periwisata, mesin industri, keterampilan pertukangan, keterampilan perkantoran, peternakan dan kelautan. Untuk memenuhi hal tersebut, tugas pemerintah daerah memberikan dan mencari sumber pendanaan serta memfasilitasi dengan kebijakan pemerintah yang lebih tinggi. Menurut analisis dan data yang ada bahwa perbandingan antara SMA dan SMK dengan melihat ketersediaan lapangan kerja dan sumber daya alam masih sangat jauh dimana perbandingannya adalah 40:60. Suatu realita yang tidak bisa dipungkiri bahwa tidak semua lulusan SMA melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya dihadapkan pada pilihan untuk bekerja dan ikut memperebutkan kesempatan kerja yang semestinya menjadi milik lulusan SMK. Berdasarkan data dari Direktorat Pembinaan SMK yang tercantum dalam buku Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020, disebutkan bahwa tingkat pengangguran lulusan SMA mencapai 16%, sementara lulusan dari SMK sendiri mencapai 12%. Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah daerah kabupaten Sumbawa berpendapat bahwa rendahnya angka pengangguran lulusan SMA merupakan ironi. Lulusan SMA tidaklah sama dengan lulusan SMK karena keterampilan praktis yang dimiliki lulusan SMA tidak seperti lulusan SMK. Lulusan SMK memang dipersiapkan untuk bekerja karena telah dibekali dengan kompetensi masing-masing.
Oleh karena itu, pengembangan SMK ke depan di kabupaten Sumbawa harus lebih fokus kepada program-program peningkatan kompetensi kelulusan yang lebih mampu menjawab tantangan maupun tuntutan lapangan kerja. Adanya tuntutan-tuntutan seperti itulah maka SMK harus berkembang lebih baik di masa mendatang, karena SMK diharapkan mampu memunculkan generasi yang siap bekerja dan untuk memaksimalkan peranan SMK, pemerintah menyusun program sertifikasi. Program sertifikasi merupakan program yang memberikan pendidikan dan latihan pada siswa untuk memperdalam keterampilannya sesuai dengan bidang yang diminati. Bagi siswa-siswi SMK yang ingin mengikuti sertifikasi untuk mendapatkan sertifikat, mereka harus mengikuti beberapa ketentuan seperti mengikuti pelatihan, praktik dan seleksi. Apabila lulus dalam seleksi tersebut, mereka akan mendapatkan sertifikat yang akan membantu mereka mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan upah atau salery yang sesuai. Bahkan dengan sertifikat tersebut, calon tenaga kerja (siswa-siswi yang telah lulus) dapat memperoleh penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memilikinya.

B. Masalah yang dihadapi SMK di Kabupaten Sumbawa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam lapangan kerja. Pendidikan SMK itu sendiri bertujuan "meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional". Apapun jenis pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan tidak lain muara dari lulusannya agar mereka memiliki kemampuan, keterampilan serta keahlian di dalam bidang ilmu tertentu. Selanjutnya mampu dan terampil diaplikasi untuk lapangan kerja. Oleh sebab itu, hakekat dari Sekolah Menengah Kejuruan sangat berbeda dengan SMA.
Melihat dari hakekat keberadaan SMK, ada dua hal sebenarnya yang menjadi kelebihan dari Sekolah Menengah Kejuruan ini, pertama, lulusan dari institusi ini dapat mengisi peluang kerja pada dunia usaha/industri, karena terkait dengan manfaat sertifikasi yang dimiliki oleh lulusannya melalui Uji Kemampuan Kompetensi. Dengan sertifikasi tersebut mereka mempunyai peluang untuk bekerja. Kedua, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dapat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sepanjang lulusan tersebut memenuhi persyaratan, baik nilai maupun program studi atau jurusan sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan. Sekolah Menengah Kejuruan ke depan akan berkembang, sejalan dengan keinginan pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendirikan sekolah. Sebab dengan pola Otonomi Pendidikan yang diberlakukan sekarang ini, maka masyarakat juga memiliki tanggungjawab moral untuk memikirkan dan menumbuhkembangkan pendidikan. Sehingga pendidikan benar-benar menjadi milik bersama masyarakat atau lebih dikenal dengan Pendidikan Berbasiskan Masyarakat (community based education).
Namun dari sudut pandang yang lain suatu realita saat ini, ada beberapa masalah yang dihadapi Sekolah Menengah Kejuruan di kabupaten Sumbawa, antara lain; kurangnya fasilitas pendidikan yang memadai, terbatasnya dana untuk pengembangan institusi dan masih kurangnya tenaga pendidik yang memiliki kemampuan dan keahlian sesuai dengan permintaan lapangan kerja. Hal ini dapat dibuktikan di lapangan, bahwa makin banyak jumlah Sekolah Menengah Kejuruan yang berdiri, baik di kota propinsi maupun kabupaten kota, menimbulkan fenomena baru, yakni kekurangan tenaga pengajar, khususnya untuk bidang ilmu tertentu. Oleh sebab itu tidak heran bila kita melihat satu orang guru mengajar untuk tiga atau empat Sekolah Menengah Kejuruan. Dari kondisi ini perlu disimak bahwa dengan munculanya begitu banyak SMK, apakah sudah terpikirkan oleh kita unsur pelaksana lapangan atau orang yang bertanggungjawab untuk mendidik, mengajar dan melatih mereka, dalam hal ini adalah guru. Karena salah satu persyaratan untuk pendirian sekolah swasta, tidak terlepas dari persyaratan formal adalah tenaga pengajar.
Tenaga pengajar (guru) merupakan faktor dominan di dalam memberian izin pembukaan sekolah swasta. Kita menyadari bahwa ke depan SMK Kejuruan merupakan lembaga yang akan diminati oleh lulusan SMP, karena dalam persaingan era globalisasi dan pasar bebas sangat diperlukan siswa yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang siap bina dan siap pakai. Sekolah Menengah Kejuruanlah sebagai salah satu lembaga yang mampu memenuhi kebutuhan seperti yang diinginkan oleh dunia dan lapangan kerja. Tapi, tentunya kita jangan melupakan unsur utamanya yakni guru, apakah guru-guru sebagai pelaksana lapangan sudah dimiliki oleh SMK tersebut atau tidak. Kalau kita mau jujur, jumlah guru-guru SMK yang tersedia dengan jumlah SMK yang ada tidak seimbang, artinya SMK masih kekurangan banyak tenaga guru di semua bidang keilmuan.
Sejauh ini pemerintah daerah mengupayakan pemberian bantuan biaya pendidikan kepada siswa yang memiliki semangat belajar tinggi namun terganjal oleh masalah ekonomi keluarga yang kurang mampu. Pemerintah daerah sering memberikan penegaskan jika pemberian beasiswa dilakukan seselektif mungkin dengan penyaluran bantuan itu tepat kepada mereka yang dinilai berhak menerimanya. Namun tidak semua SMK mampu menghasilkan tenaga kerja siap pakai, sebab hal ini erat kaitannya dengan kualitas SMK itu sendiri. Bagaimana pun kriteria SMK yang baik adalah SMK yang lulusannya segera bekerja baik diserap oleh perusahaan industri maupun yang menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri dengan berwirausaha.
Dalam hal ini, untuk ke depannya nanti bahwa dengan adanya dukungan pemerintah daerah dalam meningkatkan mutu lulusan SMK melalui program sertifikasi, haruslah kita sambut dengan baik karena manfaatnya yang sangat besar. Meskipun kesuksesan yang akan diraih oleh lulusan SMK turut dipengaruhi oleh kinerja guru dalam mengajar dan semangat belajar siswa, namun faktor penentu yang utama adalah kemampuan mereka untuk berdiri sendiri dengan tegak dan keinginan untuk membuka cakrawala dalam berpikir ke depan serta mampu mempersiapkan diri untuk terjun ke lapangan kerja dengan modal keterampila, kedisiplinan dan kemandirian yang dimilikinya.

C. SMK di Kabupaten Sumbawa menjawab pemenuhan tuntutan lapangan kerja
Dalam upaya pencapaian mutu terbaik, SMK di kabupaten Sumbawa diupayakan untuk masuk dalam kategori SMK berstandar internasional. Akan tetapi di balik semua itu, benarkah SMK ini akan mampu mempersiapkan kualitas sumber daya manusia kabupaten Sumbawa untuk mampu bersaing di tingkat regional, nasional dan internasional serta mampu untuk mengisi ketersediaan lapangan kerja?. Untuk memperkuat semangat membangun mutu dan kualitas SMK di kabupaten Sumbawa tentunya sangat relevan dengan iklan layanan masyarakat yang dibintangi Tantowi Yahya. Dalam iklan itu sang bintang mencoba meyakinkan masyarakat bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pilihan yang tepat bagi mereka yang ingin segera bekerja atau berniat menjadi wirausahawan. Seperti halnya di luar negeri, level SMK sengaja didirikan sebagai mesin lahirnya tenaga-tenaga kerja terampil yang siap kerja. Suatu harapan paling tidak kualitasnya sama dengan para lulusan di luar negeri, SMK di kabupaten Sumbawa berupaya untuk melahirkan SMK-SMK yang berstandar internasional. Sejak mulai dirintis beberapa tahun lalu, saat ini tercatatat baru 1 SMK yang masuk dalam kategori SMK bertaraf internasional.
Diharapakan ke depan nantinya akan ada penambahan lagi SMK bertaraf internasional bahkan mungkin lebih ideal di setiap wilayah kecamatan. Sebagai suatu gambaran dalam hal ini, Kepala Pusat Kurikulum (Puskur) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mengatakan basis kurikulum yang diberikan di SMK bertaraf internasional tentu berbeda dengan kurikulum yang diberikan pada SMK-SMK biasa. Tujuannya adalah untuk lebih memberikan bekal kompetensi kepada para siswa didik yang memang sejak awal diprioritaskan untuk memiliki keahlian kerja dalam skala yang lebih luas. Tidak hanya di Sumbawa, tetapi juga di kabupaten/kota lain dalam wilayah propinsi NTB bahkan mungkin menyeluruh di tingkat. Selain menerapkan kurikulum SMK seperti biasa, SMK bertaraf internasional juga memberikan kurikulum pengayaan dari negara yang menjadi rujukan atau menjadi contoh. Negara yang menjadi contoh atau acuan dalam penetapan kurikulum pada SMK bertaraf internasional adalah negara-negara yang tergabung dalam Organization Economic Co-operation and Development (OECD).
Selanjutnya, jika SMK bertaraf internasional itu merujuk pada sistem kurikulum di Jerman, maka metode, bentuk praktik, teori, hingga program yang diberikan akan merujuk pada kurikulum di negeri tersebut. Jadi siswa didik diarahkan untuk mampu bekerja di Jerman karena setelah lulus mereka nantinya akan memiliki dua sertifikat, termasuk sertifikat internasional untuk bekerja di luar negeri. Selain menerapkan kurikulum yang merujuk pada negara-negara yang dijadikan contoh, SMK bertaraf internasional juga memiliki kurikulum pengayaan yang disesuaikan dengan keperluannya sendiri atau kearifan lokal. Artinya, ada kurikulum yang tidak merujuk pada negara-negara lain, namun diperkaya dengan kurikulum tambahan. Kedua jenis kurikulum ini diharapkan dapat saling melengkapi, sehingga lebih mampu menjawab tantangan dunia dan lapangan kerja dalam kapasitas internasional. Misalnya saja, pengembangan pada kurikulum perhotelan dan industri yang dibuat dalam kapasitas tuntutan perhotelan industri internasional. Sehingga nantinya begitu lulus para siswa didik bisa langsung bekerja pada jaringan-jaringan hotel dan industri internasional,
Akan tetapi di lain pihak, perlu diingat bahwa penerapan SMK bertaraf internasional di kabupaten Sumbawa atau bahkan di Indonesia secara keseluruhan saat ini juga masih terkendala banyak hal, mulai dari kesiapan tenaga pendidik dan penyediaan infrastruktur serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya. Ini akan menentukan mutu atau kualitas dari pendidikan dan nantinnya. Penambahan kurikulum internasional pada SMK bertaraf internasional tentu dengan tetap memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal, budaya lokal dan budaya bangsa pada umumnya. Di sisi lain juga tetap harus memperhatikan atau mempertimbangkan kurikulum secara nasional dan nilai-nilai luhur budaya bangsa kita. Untuk kesesuaian kurikulum dengan karakter daerah atau nilai-nilai luhur yang ada di daerah dan bangsa secara menyeluruh diserahkan kepada sekolah masing-masing, sebab mereka dinilai lebih mengetahui arah atau tujuan pendidikan yang diberikan. Tugas dan fungsi baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat melalui Depdiknas tetap melakukan pengawasan terhadap kurikulum yang dikembangkan di masing-masing SMK tersebut.

D. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa tidak hanya di kabupaten Sumbawa, tetapi juga dalam ranah kerja yang lebih mengglobal harus tetap memperhatikan kesediaan lulusan SMK dalam menghadapi penerimaan dan tuntutan lapangan kerja. Upaya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di SMK harus tetap dimaksimalkan demi kemajuan daerah, bangsa dan negara. Salah satu upaya misalnya, dengan menerapkan kurikulum SMK seperti biasa atau sesuai dengan kondisi daerah. Bahkan lebih baik lagi bila mengupayakan bertambahnya SMK bertaraf internasional dengan kurikulum pengayaan dari negara yang menjadi rujukan atau menjadi contoh. Jika SMK bertaraf internasional itu merujuk pada sistem kurikulum di Jerman, maka metode, bentuk praktik, teori, hingga program yang diberikan akan merujuk pada kurikulum di negeri tersebut. Jadi siswa didik diarahkan untuk mampu bekerja sesuai dengan keahlian yang dimilikinya karena mereka mempunyai dua sertifikat, termasuk sertifikat internasional untuk bekerja di luar negeri.



DAFTAR PUSTAKA

Artikel, akses di internet :

Bataviase.co.id, Mencetak tenaga kerja berstandar internasional, edisi 27 Januari 2007 (diakses, 23 April 2010 pukul 17.15 Wib).

Isjoni, Pendidikan network; SMK dan permasalahannya, edisi 04 November 2003 (diakses, 25 April 2010 pukul 16.30 Wib).

Depdiknas, 2007, Strategi pengembangan SMK di Kabupaten Sumbawa, Diknas Kabupaten Sumbawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar