Kamis, 21 April 2011

SEJARAH DAN ILMU SOSIAL

Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal usul dan perkembagan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Sejarah dapat diartikan sebagai riwayat tentang masa lampau atau suatu bidang ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan menuturkan riwayat masa lampau tersebut sesuai dengan metode-metode tertentu yang dapat dipercaya (Sutiyah, 1991 : 30). Dengan demikian, maka riwayat masa lampau sebagai objek studi sejarah akan berkaitan dengan suatu peristiwa kehidupan manusia yang menyangkut segala bentuk dan aspeknya. Dalam penuturan sejarah, peristiwa tersebut diurutkan sesuai periodesasi atau waktunya secara kronologis. Analisa sejarah tentang suatu gejala dan suatu peristiwa atau kejadian akan didapatkan sebuah gambaran tentang hal tersebut pada masa yang akan datang. Sehingga sedikit banyak akan dapat memperhitungkan kecenderungannya di masa yang akan datang pula.
Seperti halnya dengan disiplin ilmu yang lain, sejarah merupakan salah satu wahana dalam upaya untuk mencerdaskan bangsa dalam pengertian luas. Dalam hal ini, Suhendra Suparno (1995 : 1) menyatakan bahwa sejarah berpijak pada fakta masa lampau yang dianalisis untuk memahami masa kini dan diproyeksikan untuk kehidupan masa depan. Hal ini berarti bahwa sejarah merupakan pengalaman manusia atau kelompok manusia terhadap suatu peristiwa yang tidak bisa diabaikan dan dilupakan. Tanpa sejarah, manusia tidak mungkin memiliki pengetahuan tentang dirinya terutama sekali tentang kehidupannya.
Sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu (Kuntowijoyo, 2001 : 18). Dari pendapat tersebut, dapat dimaknai bahwa sejarah adalah suatu usaha mengorganisasikan dan mengulas kembali peristiwa atau kejadian masa lalu baik melalui proses pengkajian maupun melalui proses belajar. Dengan demikian, sejarah mempunyai manfaat yang sangat besar terhadap pembaharuan pengetahuan masa kini tentang suatu peristiwa dan perkembangan masyarakat pada masa lampau. Dalam pandangan, Herodutus dari Yunani mengemukakan teori metodologi sejarah. Menurut dia, sejarah itu harus ditulis berdasarkan apa yang didengar dan dilihat oleh seorang peneliti. Misalnya, perang Yunani harus dilihat dan didengar oleh peneliti sejarah.
Ilmu-ilmu sosial merupakan sumber dari semua rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hanya saja berbeda dalam masalah pendekatannya. Dalam ilmu sosial, pendekatannya bersifat multi dimensional yaitu pendekatan yang berdimensi segi banyak, sedangkan dalam IPS pendekatannya lebih bersifat praktis karena hal-hal yang diuraikan itu lebih bersifat praktis pula. Ilmu sosial memiliki hubungan erat dengan sejarah bila dilihat dari segi filsafat. Filsafat sejarah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Filsafat sejarah memiliki unsur-unsur ontologi, epistimologis dan statis bila dibicarakan. Ontologi sejarah akan berisi hal-hal yang berhubungan dengan dasar-dasar ilmu sosial, sedangkan ilmu sosial berkembang terus sejak zaman Herodutus hingga sekarang ini. Pada tahun 1934 dilaksanakan pertemuan sejarawan di Amerika Serikat yang kemudian berubah menjadi pertemuan ilmu sosial dan mereka inilah yang menjadi tokoh ilmu sosial (Social Studies) yang kemudian di Indonesia dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Dalam kaitannya dengan ilmu sosial, kadang kala orang cenderung memiliki pemahaman yang sempit tentang sejarah dan sering keliru dalam pemahamannya terhadap sejarah. Mereka menganggap bahwa sejarah itu hanya menguraikan nama-nama tokoh, tahun-tahun dan tempat terjadinya peristiwa sejarah. Pemahaman ini bukan merupakan sesuatu yang mengherankan, karena apabila diperhatikan dalam perkembangan historiografi, pada mulanya memang sejarah hanya mengungkap tentang nama tokoh, waktu dan tempat terjadinya peristiwa sejarah. Dengan demikian ada kesan bahwa belajar sejarah hanya untuk menghafal nama tokoh besar atau tokoh politik yang biasanya adalah tokoh militer, angka tahun dan tempat yang kadang-kadang sulit dihafal.
Apabila dicermati secara mendalam, sejarah sebenarnya agak sulit dikategorikan apakah termasuk ilmu sosial atau humaniora, tetapi dalam kenyataannya sejarah termasuk dalam ilmu sosial. Dalam humaniora, ilmu sosial dan ilmu alam, sejarah termasuk ilmu sosial tetapi dalam kenyataannya sejarah termasuk dalam kedua-duanya yaitu ilmu sosial dan humaniora. Oleh karena itu sejarah dapat saja disebut ilmu sosial, sejarah masuk dalam ilmu sosial sebenarnya hanya pendekatan saja dan pendekatan itulah yang paling penting dalam pengembangan teori-teori sosial. Ilmu sosial dengan pengembangan multidimensional sebagai pendekatan, maka ilmu-ilmu sosial memasukkan sejarah sebagai kelompoknya (Peter Burke, 2003 : 20-30). Dalam metodologi sejarah, sejarah cenderung kearah ilmu-ilmu sosial sebab ilmu sosial merupakan fenomena-fenomena yang sering diamati sejarawan.
Jacques Le Goff dalam Gilbert and Stephen (1972 : 337) mengemukakan bahwa sejarah dan rakyat tertarik pada tampilnya negara monarchi, pangeran dan pembantunya ke atas panggung politik, sehingga sejarah menampilkan secara mantap tentang tokoh raja. Di samping itu sejarah yang diuraikan sejarah politik terutama masalah perang. Misalnya karya Herodutus tentang “Perang Persia”, Tuchydides tentang “Perang Peloponesus” dan Yuliius Caesar tentang “Perang Ghalic” (Peter Gay and Gerald J., 1972 : 1-156). Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dalam penulisan sejarah pun mengalami perkembangan. Penulisan sejarah ilmiah tidak hanya menguraikan nama tokoh, waktu dan tempat terjadinya peristiwa serta berkaitan dengan perang, tetapi juga aspek lain. Misalnya keadaan ekonomi suatu masyarakat, hubungan antar raja/penguasa dengan rakyat, layanan kesehatan masyarakat, hubungan tata kota dengan epidemik, perkembangan kota, tata kota dan bencana alam, produksi pangan, ekonomi pedesaan, produksi hutan, pertambangan dan lingkungan, petani dan pasar dan sebagainya.
Di samping masalah yang dikaji, pemaparannya juga dituntut untuk tidak hanya dapat mengungkapkan pertanyaan bagaimana tetapi juga pertanyaan mengapa. Hal ini disadari bahwa sejarah mengungkap masa lampau umat manusia yang sifatnya kompleks, meliputi berbagai aspek, seperti aspek ekonomi, aspek politik, aspek agama, lingkungan geografis, norma dan sebagainya. Untuk itu dalam mengkaji masa lalu umat manusia yang akan menjadi karya sejarah diperlukan bantuan dari ilmu lain, yaitu dari ilmu-ilmu sosial. Pendekatan yang demikian ini oleh Sartono Kartodirdjo (1992 : 87) dikenal dengan pendekatan multidimensional. Penggunaan pendekatan ini dalam rangka penulisan sejarah kritis.
Dalam perkembangan penelitian dan penulisan sejarah, terutama bagian kedua abad XX, sejarawan telah membiasakan diri untuk mengenal dan menggunakan konsep-konsep baik yang dikenal dalam lingkungan sejarah sendiri maupun dari ilmu social. Pada saat menganalisis peristiwa atau fenomena masa lampau, sejarawan menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial yang relevan dengan pokok kajiannya agar memberikan karakteristik ilmiah pada sejarah. Menurut Anskermit (1985 : 246-247) peminjaman ilmu sosial dalam sejarah seperti tersebut di atas, terdapat beberapa alasan : (1) Dengan bantuan teori ilmu-ilmu sosial yang menunjukkan hubungan antara berbagai faktor, pernyataan-pernyataan tentang masa lampau dapat dirinci, baik secara kualitatif maupun kuantitatif; (2) Teori sosial ilmiah mengadakan hubungan antara berbagai variable.
Hal ini dapat mendorong sejarawan untuk meneliti satu aspek masa lampau dengan variable tertentu, sehingga dengan bantuan ini sejarawan dapat melacak hubungan antara aspek yang satu dengan aspek lainnya. Di samping itu juga dapat mendorong mengadakan penelitian dan menemukan jalan untuk mendapat jawaban baru atas pertanyaan-pertanyaan lama; (3) Kaitan dan permasalahan yang timbul dari teori ilmu sosial memberi tempat yang baru bagi tinjauan sejarah. Sejarawan dapat dibantu menyusun pengetahuan masa silamnya dalam struktur yang memadai; (4) Teori-teori ilmu sosial biasanya berkaitan dengan struktur umum dan supraindividual dalam kenyataan sosio-historis, sehingga dapat menganalisis perubahan-perubahan yang mempunyai jangkauan yang luas, dan (5) Bila teori yang dugunakan dalam ilmu sosial itu mempunyai kredibilitas maka dapat menghilangkan tuduhan (label) subjektivitas dalam sejarah.
Dalam perkembangan berbagai bidang ilmu dewasa ini, sejarah juga dituntut untuk mengejar perkembangan itu. Mengacu pada pernyataan Sartono Kartodirdjo, bahwa apabila sejarah ingin eksis harus mengikuti perkembangan ilmu-ilmu sosial. Sejarah tidak hanya menyajikan scara naratif tentang suatu peristiwa atau hanya menjawab pertanyaan bagaimana, tetapi juga harus mengarah pada analitis, sehingga sejarah tidak steril dan kering. Untuk keperluan itu dapat digunakan konsep, teori dan teknik dari ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, politik, antropologi, ekonomi, kebudayaan. Penggunakan ilmu sosial dalam sejarah hanya sebagai ilmu bantu dalam mempertajam analisis, bukan untuk menjadikan sejarah sebagai ilmu sosial dan bukan untuk menghilangkan kekhususan sejarah, terutama masalah waktun dan perubahan, karena tanpa waktu dan perubahan bukan sejarah. Di samping itu juga agar untuk menghindarkan eksplanasi yang tergesa-gesa dan terlalu sederhana. Hal ini akan dapat menghasilkan karya sejarah yang khusus, unik dan komprehensif sehingga dapat mempermudah seseorang memahami teori-teori sosial dalam sejarah.


DAFTAR RUJUKAN

Anskermit, F.R., 1987. Refleksi tentang Sejarah: Pendapat-pendaat modern tentang Filsafat Sejarah. Jakarta: Gramedia.

Burke, Peter. 2003. Sejarah dan Teori Sosial (Terjemahan; Mestika Zed & Zulfami). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Gay, Peter and Gerald J. Cavabaugh. 1972. Historians at Work Vol 1. New York: Harper & Publisher.

Gilbert, Felix and Stephen, R. Craubard. 1972. Historical Studies Today. New York: W.W. Norton and Company Inc.

Sartono Kartodirdjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.

_________, (Ed.). 1960. Philosophy of History : an Introduction. New York: Herper & Row Publishers.

Sutiyah. 1991. Dasar-dasar IPS (IPS 4101). Buku Pegangan Kuliah FKIP – P.IPS – Sejarah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Suhendra Suparno. 1995. “Pengajaran Sejarah Sebagai Sarana Memperkuat Jatidiri dan Integritas Bangsa”, Dalam Pengajaran Sejarah, Kumpulan Makalah Simposium. Jakarta: Ditjarahnita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar